Berbicara
ilmu pengetahuan dalam sejarah islam, maka tidak lepas dari masa daulah
Abbasiah, yaitu sebuah pemerintahan yang didirikan pada tahun 132 H
atau 750 M oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
al-Abass, atau lebih dikenal dengan sebutan Abu al-Abbas al-Saffah.
Masa Daulah Bani Abbasiah ini termasuk masa keemasan islam (the golden
age of islam). Penyebabnya adalah berkembangnya ilmu pengetahuan yang
sangat pesat.
Perkembangan ilmu pengatahuan dalam daulah
Abbasiah ini dirintis oleh khalifah yang ke 5, yaitu Abu Ja’far Harun
al-Rasyid (786-806). Dia melanjutkan kebijakan-kebijakan yang dilakukan
oleh khalifah-khalifah sebelumnya. Hanya saja, dia tidak memfokuskan
pada perluasan daerah kekuasaan, melainkan pada perkembangan kebudayaan
islam. Apa yang diinginkan oleh Harun Al-Rasyid diwujudkan dalam bentuk
pembangunan-pembangunan sarana-sarana sosial yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, diantaranya: Rumah Sakit dan lembaga pendidikan.
Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, kebudayaan, serta
kesusasteraan terwujud dengan baik pada masa ini. Maka tak heran ketika
di masa ini islam menempatkan dirinya menjadi negara terkuat dan tak
tertandingi.
Sesuatu yang dirintis oleh Harun al-Rasyid ini
dilajutkan oleh sang putra mahkota, al-Makmun. Khalifah yang berkuasa
selama kurang lebih 20 tahun ini menjadikan ilmu pengetahuan semakin
berkembang di dunia islam. Salah satu cara yang ia tempuh adalah dengan
melakukan penterjemahan berbagai karya dari beberapa macam disiplin
keilmuan kedalam bahasa Arab. Cara yang dilakukan ini cukup efektif,
karena orang islam akan dengan mudah mempelajari berbagai ilmu yang
sebelumnya tidak ditemukan dalam islam, semisal filsafat, logika, dan
lain sebagainya. Sehingga muncul pada periode ini beberapa filosof
muslim, seperti: al-Kindi dan al-Farabi.
Di samping
menggalakkan penterjemahan, al-Makmun juga mendirikan pusat
penterjemahan yang sekaligus dijadikan pusat pendidikan yang diberi nama
Baitul Hikmah. Di tempat inilah orang islam semakin memiliki
pengetahuan luas. Pengetahuan yang akan memajukan peradaban islam. Pada
masa inilah, Baghdad yang tak lain sebagai pusat pemerintahan islam
didaulat menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Bani Umayyah di Andalusia
Bani Umayyah pertama kali didirikan oleh Mu’awiyah Bin Abu Sufyan
melalui politik Arbitrase. Masa keemasan Daulah Umayyah ketika dipimpin
oleh Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Hanya saja perkembangan ilmu
pengetahuan atau sain masih belum tampak pada periode-periode ini sampai
akhirnya Daulah Umayyah hancur setelah direbut oleh Bani Abbasiah.
Ketika semua keturunan Bani Umayyah dibunuh, dan satu yang berhasil lari
ke Spanyol, yaitu Abdurrahman (756-788).
Bermula dari inilah,
perkembangan Islam di Andalusia cukup pesat. Perhatian pemerintah pada
ilmu pengetahuan cukup terasa. Abdul Rahman adalah seorang pemimpin yang
terpelajar, berwibawa dan amat berminat di bidang kesastraan. Karena
begitu cintanya pada bidang itu, ia mendirikan satu tempat khusus di
dalam istanyanya yang diberi nama “Darul Madaniyat” untuk kegiatan
kesusasteraan untuk kalangan wanita Andalus.
Setelah masa Abdul
Rahman, penggantinya juga adalah seorang pemerintah yang
menitikberatkan dibidang kelimuan. Jasa beliau yang terbesar adalah
tentang penyebaran bahasa Arab dan melemahkan bahasa aing di di seluruh
semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal). Beliau yang menjadikan bahasa
arab sebagai Lingua Franca dalam hubungan antar bangsa pada zamannya
dan zaman berikutnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
ini menjadikan kota-kota di Spanyol pernah menjadi pusat ilmu
pengetahuan dan peradaban yang membuat banyak pelajar-pelajar Eropa
menimba ilmu di sana. Andalusia sudah mengetahui bahwa matahari sebagai
pusat tata surya, sedangkan saat itu bangsa Eropa masih memperdebatkan
teori geosentris ptolemeus (bumi sebagai pusat edar). Betapa jauh
peradaban Andalusia. Pada saat itu, Andalusia merupakan sebuah pusat
pendidikan. Kota-kota seperti Toledo, Sevilla, Granada, dan Cordoba
adalah tempat yang pernah menjadi sejarah bagi kejayaan Islam hingga 5
abad lamanya.
Ilmuan-ilmuan pun akhirnya bermunculan saat itu.
Ahli matematika (Al-Khwarizmi, Orang pertama yang menulis buku berhitung
dan aljabar), ahli kedokteran (Al-Kindi penulis buku ilmu mata, Ar-Razi
atau Rhazez penulis buke kedokteran, Abu Al-Qasim al-Zahrawi ahli
bedah, Ibnu Nafis penemu sirkulasi darah, dan Ibnu Sina), ahli satra
(Ibn Abd Rabbih, Ibn Bassam, Ibn Khaqan), ahli hukum, politik, ekonomi,
astronomi (Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash, penentu gerhana dan pembuat
teropong bintang modern), ahli hadits dan fikih (Ibnu Abdil Barr, Qadi
Iyad), sejarah (Ibn Khaldun penemu teori sejarah), ahli kelautan (Ibnu
Majid). Bahkan penjelajah Andalusia menginjakkan kakinya di Benua
Amerika lima abad sebelum Christopher Colombus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar