Senin, 12 Mei 2014

Pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Sejarah Islam Bani Abbasiah di Baghdad

Berbicara ilmu pengetahuan dalam sejarah islam, maka tidak lepas dari masa daulah Abbasiah, yaitu sebuah pemerintahan yang didirikan pada tahun 132 H atau 750 M oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abass, atau lebih dikenal dengan sebutan Abu al-Abbas al-Saffah. Masa Daulah Bani Abbasiah ini termasuk masa keemasan islam (the golden age of islam). Penyebabnya adalah berkembangnya ilmu pengetahuan yang sangat pesat.

Perkembangan ilmu pengatahuan dalam daulah Abbasiah ini dirintis oleh khalifah yang ke 5, yaitu Abu Ja’far Harun al-Rasyid (786-806). Dia melanjutkan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh khalifah-khalifah sebelumnya. Hanya saja, dia tidak memfokuskan pada perluasan daerah kekuasaan, melainkan pada perkembangan kebudayaan islam. Apa yang diinginkan oleh Harun Al-Rasyid diwujudkan dalam bentuk pembangunan-pembangunan sarana-sarana sosial yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, diantaranya: Rumah Sakit dan lembaga pendidikan. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, kebudayaan, serta kesusasteraan terwujud dengan baik pada masa ini. Maka tak heran ketika di masa ini islam menempatkan dirinya menjadi negara terkuat dan tak tertandingi.

Sesuatu yang dirintis oleh Harun al-Rasyid ini dilajutkan oleh sang putra mahkota, al-Makmun. Khalifah yang berkuasa selama kurang lebih 20 tahun ini menjadikan ilmu pengetahuan semakin berkembang di dunia islam. Salah satu cara yang ia tempuh adalah dengan melakukan penterjemahan berbagai karya dari beberapa macam disiplin keilmuan kedalam bahasa Arab. Cara yang dilakukan ini cukup efektif, karena orang islam akan dengan mudah mempelajari berbagai ilmu yang sebelumnya tidak ditemukan dalam islam, semisal filsafat, logika, dan lain sebagainya. Sehingga muncul pada periode ini beberapa filosof muslim, seperti: al-Kindi dan al-Farabi.

Di samping menggalakkan penterjemahan, al-Makmun juga mendirikan pusat penterjemahan yang sekaligus dijadikan pusat pendidikan yang diberi nama Baitul Hikmah. Di tempat inilah orang islam semakin memiliki pengetahuan luas. Pengetahuan yang akan memajukan peradaban islam. Pada masa inilah, Baghdad yang tak lain sebagai pusat pemerintahan islam didaulat menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Bani Umayyah di Andalusia

Bani Umayyah pertama kali didirikan oleh Mu’awiyah Bin Abu Sufyan melalui politik Arbitrase. Masa keemasan Daulah Umayyah ketika dipimpin oleh Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Hanya saja perkembangan ilmu pengetahuan atau sain masih belum tampak pada periode-periode ini sampai akhirnya Daulah Umayyah hancur setelah direbut oleh Bani Abbasiah. Ketika semua keturunan Bani Umayyah dibunuh, dan satu yang berhasil lari ke Spanyol, yaitu Abdurrahman (756-788).

Bermula dari inilah, perkembangan Islam di Andalusia cukup pesat. Perhatian pemerintah pada ilmu pengetahuan cukup terasa. Abdul Rahman adalah seorang pemimpin yang terpelajar, berwibawa dan amat berminat di bidang kesastraan. Karena begitu cintanya pada bidang itu, ia mendirikan satu tempat khusus di dalam istanyanya yang diberi nama “Darul Madaniyat” untuk kegiatan kesusasteraan untuk kalangan wanita Andalus.

Setelah masa Abdul Rahman, penggantinya juga adalah seorang pemerintah yang menitikberatkan dibidang kelimuan. Jasa beliau yang terbesar adalah tentang penyebaran bahasa Arab dan melemahkan bahasa aing di di seluruh semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal). Beliau yang menjadikan bahasa arab sebagai Lingua Franca dalam hubungan antar bangsa pada zamannya dan zaman berikutnya.

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini menjadikan kota-kota di Spanyol pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban yang membuat banyak pelajar-pelajar Eropa menimba ilmu di sana. Andalusia sudah mengetahui bahwa matahari sebagai pusat tata surya, sedangkan saat itu bangsa Eropa masih memperdebatkan teori geosentris ptolemeus (bumi sebagai pusat edar). Betapa jauh peradaban Andalusia. Pada saat itu, Andalusia merupakan sebuah pusat pendidikan. Kota-kota seperti Toledo, Sevilla, Granada, dan Cordoba adalah tempat yang pernah menjadi sejarah bagi kejayaan Islam hingga 5 abad lamanya.

Ilmuan-ilmuan pun akhirnya bermunculan saat itu. Ahli matematika (Al-Khwarizmi, Orang pertama yang menulis buku berhitung dan aljabar), ahli kedokteran (Al-Kindi penulis buku ilmu mata, Ar-Razi atau Rhazez penulis buke kedokteran, Abu Al-Qasim al-Zahrawi ahli bedah, Ibnu Nafis penemu sirkulasi darah, dan Ibnu Sina), ahli satra (Ibn Abd Rabbih, Ibn Bassam, Ibn Khaqan), ahli hukum, politik, ekonomi, astronomi (Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash, penentu gerhana dan pembuat teropong bintang modern), ahli hadits dan fikih (Ibnu Abdil Barr, Qadi Iyad), sejarah (Ibn Khaldun penemu teori sejarah), ahli kelautan (Ibnu Majid). Bahkan penjelajah Andalusia menginjakkan kakinya di Benua Amerika lima abad sebelum Christopher Colombus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar