Mayoritas
pelajar di Indonesia, baik SD, SMP maupun SMA sudah tidak tabu lagi
ketika ditanya mengenai apa itu seks. Kebanyakan dari mereka, pernah
menyaksikan dan bahkan pernah melakukan.
Secara tidak langsung hal ini merupakan salah satu penyebab pelajar tidak ambisius dalam belajar dan berlomba meraih prestasi.
Hampir 90% pelajar SMA putri sudah kehilangan virginitas mereka, karena
melakukan seks pra nikah. Hal itu sudah tidak aneh lagi dibicarakan
dikalangan mereka, tinggal bagaimana saja kita menyikapi hal tersebut.
Hingga muncullah sebuah pertanyaan perlukah pendidikan seks bagi
kalangan pelajar? Jawabannya, tentu saja perlu.
Di era
globalisasi yang serba kebarat-baratan saat ini, tingkah laku serta
nilai-nilai budaya kita seolah dikendalikan oleh westernisasi. Dari cara
berbicara, berpenampilan, hingga cara kita bergaul yang pilih-pilih.
Salah satu dampak globalisasi akibat kemajuan teknologi ialah telepon
genggam dan internet. Tujuan utama di orbitkan telepon genggam dan
internet ialah sebagai alat komunikasi jarak jauh dan tentu bersifat
positif. Tetapi sayangnya, masyarakat terutama kalangan pelajar, tidak
bisa mempergunakan produk revolusi tersebut sesuai dengan fungsinya.
Pelajar sangat pilu ketika mereka berhenti tidak menggunakan alat-alat
canggih tersebut, seolah dikendalikan oleh benda maya. Betapa tidak,
dengan mudah kita bisa mengunduh atau mengakses segala macam data
melalui beberapa situs di internet termasuk situs porno hanya dengan
menggunakan telepon genggam.
Dari sinilah, pendidikan seks berperan penting bagi pelajar pada khususnya.
Pendidikan seks bisa dilakukan baik disekolah atau dirumah oleh orang
tua. Di sekolah, pendidikan mengenai larangan hubungan seks pra nikah
bisa dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya melalui pendidikan
agama. Kebanyakan pelajar mengira, bahwa pendidikan seks ialah
pendidikan yang memberikan informasi-informasi yang dominan ke arah
negatif, karena mereka sudah teradiksi oleh hal-hal yang tidak sesuai
dengan usia mereka.
Pendidikan ini diberikan dengan tujuan,
agar pelajar tidak terjerumus ke arah hal-hal yang tidak di inginkan dan
sekaligus sebagai tindakan preventif bagi mereka yang belum terjerat ke
dalamnya.
Memang tidak mudah menghindar dari hal-hal yang
berbau keburukan, akan tetapi itu merupakan kewajiban seorang individu
dalam mengendalikan dirinya.
Adanya pendidikan agama di sekolah
sangat bermanfaat bagi pelajar, terutama dalam pengendalian diri.
Karena agama memiliki dogma yang tegas dan sanksi bagi yang melanggar.
Melalui pendidikan agama, pelajar dibekali iman dan kesabaran melawan
hawa nafsu. Ketika mereka bisa mengendalikan imannya, tidak ragu mereka
akan sukses meraih prestasi dan terhindar dari hal-hal yang berkaitan
dengan seks bebas.
Selain agama, pendidikan kearganegaraan juga
bisa dijadikan media pendidikan untuk menjauhi seks. Didalam pelajaran
kewarganegaraan mengulas beberapa aturan hukum mengenai seks bebas atau
pornografi dan sanksi yang diberikan bagi yang melakukan. Hal ini dapat
mengekang para pelajar untuk tidak melakukan hal tersebut dan senantiasa
berbuat baik.
Tentu saja, hal ini tidak terlepas dari bantuan
orang tua yang berperan penting dalam memberikan pengajaran kepada
mereka. Karena, orang tua bisa lebih dekat dengan anak-anak mereka dan
bisa menanamkan nilai-nilai kebenaran dengan mudah. Dan sebagai orang
tua, tidak perlu ragu-ragu atau takut dalam berbicara perihal seks
dengan anak, karena sudah menjadi kewajiban orang tua dalam mengarahkan
anak.
Pendidikan tidak hanya diberikan dalam bentuk ucapan,
melainkan juga berupa tindakan-tindakan nyata yang menunjukkan anti seks
bebas.
Dengan demikian, pelajar bisa memimesis dan menerima
nilai-nilai asli budaya Indonesia yang sebenarnya, santun, dan berbudi
pekerti.
Itulah pentingnya pendidikan seks bagi kalangan
pelajar yang menjadi tumpuan untuk menjadi generasi penerus bangsa yang
terbebas dari haluan-haluan negatif yang dapat merusak moral serta
mental pelajar bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar